Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

GENDEREWO PENUNGGU TPU BATU HITAM

Sabtu, 01 Mei 2021 | Mei 01, 2021 WIB Last Updated 2021-05-01T09:30:04Z

 

GENDEREWO
PENUNGGU TPU BATU HITAM
 
 
 
 

 
#nyata
Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat semua sahabat kang Asep Hidayat, dimanapun berada.
Baik kali ini saya akan menceritakan kisah yang saya alami pada tahun 2004 diranai, saat saya mengalami kecelakaan, semoga berkenan dan inilah selengkapnya .....
Jodoh, maut, rejeki memang sudah diatur oleh yang maha kuasa, namun tetap kita harus berusaha,
Jodoh, untuk mendapatkan jodoh Mesti kita juga berusaha, apalagi jodoh yang sesuai dengan harapan kita,
Pepatah mengatakan jodoh yang baik hanya untuk yang baik, maka teruslah berbuat baik dan hidup dilingkungan yang baik agar mendapatkan yang baik,
Rejeki, Alloh memang sudah memberikan rejeki kepada semua manusia dari mulai dilahirkan hingga ajal menjemput, namun perlu juga kita berusaha dengan berbagai macam cara yang tentunya dijalan Tuhan.
Rejeki, Alloh memang sudah memberikan rejeki kepada semua manusia dari mulai dilahirkan hingga ajal menjemput, namun perlu juga kita berusaha dengan berbagai macam cara yang tentunya dijalan Tuhan
Namun dari 3 poin diatas kembali kita serahkan kepada yang maha kuasa, karena kita hanya bisa berusaha dan tetap bersyukur atas semua yang yang telah diberikanNya kepada kita, agar kita bisa bahagia, didunia maupun diakhirat.
Maaf nih bukan ceramah...hehehe
Tahun 2004 di Ranai Natuna.
Malam Jum'at pukul 21.00 wib, atau jam 9 malam.
Aku duduk diteras rumah, saat itu semua orang yang ada dirumah itu sedang tidak ada, karena tengah ada acara di daerah batubi, desa transmigrasi yang ada di Natuna.
O ya di Ranai Natuna saat itu aku baru satu tahun, yang sebelumnya aku bertugas di pulau Batam, tahun 2003 aku ke Ranai Natuna.
Di Ranai aku tinggal bersama Abang angkatku, bersuku Jawa, yang beliaupun sekampung denganku di kecamatan tapung-riau.
Rumah abang angkatku itu di batu hitam, yang posisinya tepat di depan pemakaman umum atau TPU, tentunya setiap saat kita bisa melihat pemandangan yang luarbiasa
Bangunan rumah itu 100% terbuat dari kayu, dengan daun jendela masih bolong alias tak pakai kaca, walau sudah dipasang terali, tak ada tirai atau gorden sebagai penutup jendela.
Malam itu aku duduk sendiri diteras, sesekali aku sapukan pandangan mataku kearah depan, dimana area pemakaman yang gelap, diteras aku hanya main hp baru, yang sore tadi aku beli di toko Romi yang ada diranai.
Pletak....
Tiba-tiba saja aku mendengar sesuatu yang entah darimana asalnya, suara itu seperti lemparan batu kecil, aku sedikit terkejut dan ku arahkan pandanganku kearea pemakaman yang gelap itu, terlihat olehku cahaya api kira-kira sebesar pola kaki didahan pohon mangga yang begitu besar, di tepi sebelah kiri area pemakaman, cahaya api itu berwarna kuning kemerahan, dan anehnya walau cahaya api itu besar namun tidaklah menerahi disekitarnya.
Karena penasaran, aku berdiri dan dengan perlahan aku melangkah mendekati cahaya itu, tentunya aku harus masuk dan melewati celah-celah kuburan yang menghampar disana, tanpa aku sadari langkahku semakin dekat dengan pohon mangga nan besar itu, hingga akhirnya aku tepat berada dibawahnya.
Karena memang pohon itu sangat besar dan tinggi, untuk melihat kebagian atas aku harus mendongakkan kepala, mataku tertuju pada cahaya itu, cahaya merah itu terlihat berputar-putar diantara dahan-dahan pohon mangga, perlahan cahaya itu turun dan turun, hingga kira-kira 2 meter diatas kepalaku, sungguh pemandangan yang tidak indah, karena tiba-tiba saja tubuhku terasa bergetar hebat karena rasa terkejut dan ketakutan seketika merasuki jiwaku.
Astaghfirulloh....
Aku melihat sosok yang begitu menakutkan, hingga aku sulit untuk menggambarkan dari penampakan itu, aku berlari secepat yang aku bisa, berlari diarea pemakaman bukanlah hal yang mudah, karena harus beberapa kali kakiku tersandung serta betisku berbenturan dengan nisan-nisan kuburan.
''Bruaak''...
Begitu masuk kedalam rumah, aku langsung menutup daun pintu rumah. Dan tentunya itu percuma, karena semua jendela tidak ada kacanya serta gordennya, aku kunci pintu itu lalu aku masuk kedalam kamar.
Didalam kamar aku duduk ditepi ranjang kayu dengan nafas tersengal-sengal, terasa pedih dibagian betisku, aku perhatikan ada beberapa luka memar membiru bahkan ada luka yang mengeluarkan darah segar. Aku terus beristighfar, kuraih sebotol air mineral yang ada diatas meja kamar itu dan aku minum, lumayan sedikit membuat aku merasa tenang, setelah aku melap bagian luka-lukaku menggunakan tisu yang telah aku basahi dengan air, terasa pedih.
Aku rebahkan tubuhku diatas kasur busa, fikiranku masih terbayang dengan yang baru saja aku lihat diarea pemakaman itu,
tiba-tiba saja, aku mendengar suara langkah berat di samping luar kamarku, dadaku kembali berdebar, karena aku yakin tak mungkin orang bisa berjalan disamping kamarku, karena disamping kamar itu masih banyak semaknya juga becek.
Belum lagi hilang rasa berdebar didadaku,
''kruuut...kruut''
Suara garukan tangan, dengan kuku tajam, garukan pada dinding papan itu sangat kuat dan berulang, seketika rasa takutku semakin menjadi, bukan lagi hanya bulu Roma yang meremang, kini tubuhku menggigil karena takut yang teramat sangat merasuki jiwaku.
Sungguh malam itu menjadi malam yang terasa begitu panjang, aku terus berdoa dalam hati, mohon perlindungan dari Alloh, entah berapa lama suasana menegangkan itu berlangsung, hingga terasa mataku mulai mengantuk dan Alhamdulillah aku dapat tertidur dengan lelap.
Sebelum waktu subuh, seperti biasa aku sudah terbangun, tanpa harus menghidupkan alarm, sebelum sholat fardu subuh biasa aku melaksanakan sholat sunat, namun kali ini ada rasa takut untuk keluar kamar karena kamar mandi berada di belakang rumah, saat itu menunggu adzan subuh berkumandang, aku gunakan ngutak Atik hp baruku, dari main game hingga aku berselfie,
Klick...jepretan pertama aku selfie dengan posisi sambil berbaring di kasur, kemudian aku lihat hasilnya,
Duuuuh...kok gak bagus gambarnya fikirku, karena foto itu buram, seperti ada asap tipis menghalangiku,
kemudian aku jepret lagi, dan aku lihat hasilnya, lagi-lagi aku merasa kecewa, karena hasilnya semakin buruk, asap putih semakin tebal, hingga berikutnya aku jepret lagi, dengan seksama aku lihat..
Astaghfirulloh, terlihat tepat disampingku sesosok mengerikan tengah berbaring, dengan bentuk tengkorak tanpa mata dan hidung, terlihat gigi tersusun rapi tanpa bibir...
Seketika aku turun dari kasurku dan berdiri di sudut kamar, menghadap ranjang, sumpah aku ketakutan,
Allahuakbar, allohuakbar.....
Terdengar suara adzan subuh dari mesjid batu hitam, mendengar suara adzan subuh, lega rasanya hatiku, karena setahuku gangguan apapun akan segera hilang, setelah adzan subuh berkumandang.
Dengan perlahan aku melangkah mendekati ranjang, namun langkahku tertahan, terlihat sepray kasurku bergeser layaknya ada seseorang yang tengah berada diatasnya, hendak beranjak dari kasur itu, terlihat olehku bayangan hitam tipis bergerak turun dari ranjangku berdiri.
Sejenak disudutkamar dekat jendela, lalu keluar menembus dinding papan kamarku.
Aku menghirup nafas lega, akhirnya mahluk tak diundang itu akhirnya pergi.
Setelah melaksanakan sholat fardu subuh, aku langsung berpakaian dinas untuk melaksanakan apel pagi,
Pagi itu aku bersama rekan lainnya melaksanakan apel pagi dan mendapat arahan sekaligus perintah pelaksanaan razia ranmor, yang akan dilaksanakan di simpang bundaran bukit arai, setelah apel pagi kamipun langsung melaksanakan razia.
Pelaksanaan razia tidaklah lama, kira-kira 2 jam, karena razianya bukan razia Gakkum atau penegakkan hukum. Melainkan hanya razia simpatik. Setelah pelaksanaan razia kami kembali ke kesatuan, dan akan dilaksankan lagi sore nanti pukul 15.30 wib didaerah batu kapal.
Singkat cerita, sore pukul 15.30 wib melaksanakan razia lagi, sesuai tempat yang sudah di tentukan, saat itu aku sedikit terlambat karena harus menjemput seniorku terlebih dahulu, karena sepeda motornya rusak,
''Bang tinggal saja dulu motornya, dibengkel, nanti kita jemput setelah dinas", ujarku kepada seniorku yang saat aku jemput masih saja mengutak Atik motornya.
"Ayoklah, jawabnya singkat.
Lalu kamipun berangkat menuju lokasi razia.
Setibanya ditempat razia, ternyata pelaksanaannya sudah mau selesai, yaaah bagaimana lagi, fikirku.
Selesai razia, kamipun segera menaikkan kendaraan barang bukti ke mobil truck untuk dibawa ke kantor,
Setelah semuanya beres, aku dengan semiorku tadi yang bernama Edo, pulang dengan menggunakan sepeda motorku, namun baru saja aku hendak mengengkol motor, tiba-tiba saja bang Edo berkata,
"Yat, biar aku yang bawa'', ujarnya kepadaku,
''o ya udahlah. Jawabku pula.
Lalu kami meninggalkan daerah batu kapal menuju ke kantor, untuk membantu menurunkan barang bukti.
Ciiiiit, braaaak....
Di tikungan tepat di depan penginapan Mariana jemengan, aku terpental, dan terkapar di jalan aspal, aku lihat ke sebelah kiri seniorku telungkup di jalan.
Terdengar pekik masyarakat yang berada diarea itu,
Yaaaang, kami kecelakaan, jujur saat itu aku sempat bingung, kenapa aku saat itu, mungkin karena ada benturan di kepalaku, walau tidak sampai membahayakan kali, beberapa saat aku terpental, aku bangkit dan duduk dijalan itu, betapa aku terkejut, ketika mataku melihat kaki sebelah kananku,
Luka menganga dibagian lutut, kakiku patah, ya Alloh aku cacat, itu yang ada dalam fikiranku 'ketika baru menyadari bahwa kami telah terjadi kecelakaan.
Singkat cerita, dengan bantuan masyarakat di tempat itu aku dibawa ke puskesmas, Ranai, dipuskesmas aku si rawat, namun yang aku dengar, bahwa aku harus dirujuk ke rumah sakit terdekat, karena saat itu diranai belum ada rumah sakit.
Sedekat-dekatnya rumah sakit dari Ranai, ya cuma tanjung pinang, 1 jam lebih menggunakan pesawat terbang, dan dua hari, menggunakan kapal Pelni.
Saat itu, aku banyak diam, fikiranku berkecamuk, mengapa semua ini terjadi kepadaku., Baru saja sebulan aku kehilangan bapakku, dengan segala permasalahan yang menghimpit, dan saat ini aku harus merasakan lagi permasalahan yang begitu berat.
Sebelum kami diberangkatkan ke tanjung pinang kami dirawat di Puskesmas, karena jadwal pesawat belum ada, maklumlah yang namnya dipulau perbatasan, jadwal pesawat tidak setiap hari ada.
Sahabat-sahabatku berdatangan silih berganti menjengukku.
O ya, terimakasih banyak ya, buat sahabat-sahabatku di Ranai yang saat itu begitu peduli, anggota lanud Ranai, anggota AL, juga teman seprofesiku, dan yang tidak bisa aku sebut satu persatu, you are the best.
Lanjut cerita .....
Malam itu, di puskesmas, aku terbaring di tempat tidur puskesmas, diruang sebelah kanan dari IGD, saat itu puskesmas masih bangunan lama, tempat tidurku tepat disamping jendela nako, terasa begitu sunyi, kakak angkatku yaitu istrinya mas Tris sudah tertidur, mungkin beliau kelelahan menungguiku.
Aku menatap hampa kearah jendela, yang bergordenkan kain berwarna biru muda, jujur saat itu aku banyak melamun, fikiranku jauh entah kemana,
Kreeek, kreeek...
Walau aku tengah termenung, namun dengan pasti kedua mataku melihat kain jendela itu seperti ada yang membuka, walau tidak lebar namun kain jendela itu terbuka, gelap kulihat keluar dari balik jendela kaca nako itu.
Tiba-tiba saja, dengan perlahan namun pasti ada sesuatu bergerak muncul dari bagian bawah jendela, dan benar saja, kini ada sesosok berdiri dijendela itu menghadap kearahku. Dengan muka sangat mengerikan, mukanya hitam layaknya muka yang hangus terbakar, kepalanya tidak berambut, mulutnya terbuka, mengeluarkan suara seperti suara sapi tengah di potong, namun pelan ku dengar, dari tubuhnya mengeluarkan asap tipis dan tercium olehku bau sangit seperti daging hangus terbakar,
Aaaaaaah.....
Aku berteriak, aku ketakutan, sehingga teriakanku, membangunkan kakak angkatku, beliau terkejut, dan bertanya kepadaku dengan raut wajah panik,
"Ada apa Yat?"
Tanyanya kepadaku....seraya mendekatiku dan memeluk kepalaku,
''kak....barusan Dayat liat hantu kak dijendela, jawabku dengan nafas terasa sesak, keringat dingin bercucuran dikeningku.
Singkat cerita, akhirnya aku diberangkatkan juga ke tanjung pinang,
Aku dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di tanjung pinang, setelah proses perawatan dan tindakkan, akhirnya aku dirawat di ruang rawat inap. Aku sekamar dengan bang Edo, karena satu ruangan hanya 2 bad saja.
Dan aku tepat disisi kiri ruang itu, lagi-lagi aku dekat dengan jendela kaca nako.
Ketika hari masih siang, aku merasa senang, aku tidak suntuk, karena secara bergantian leting-letingku yang bertugas di tanjung pinang berdatangan menjengukku, selain itu setiap sebentar perawat-perawat muda nan cantikpun bergantian mengecek ku,
Jujur aku sering pura-pura mengeluh kesakitan, supaya aku di pegang ya,
Hehehe, maklum aku masih bujangan saat itu.
"Aduuuuh, sakit''.....
Tiba-tiba aku mengeluh sakit, ketika perawat itu tengah berada didekat bang Edo, tentu saja perawat-perawat itu memalingkan wajahnya kepadaku,
Lalu salah satu perawat itu mendekatiku dengan cepat, terlihat dipapan namanya tertulis sebuah nama, Nung perdana.
''apa yang sakit pak?"
Kepala saya yang sakit, jawabku singkat. Lalu perawat itu memeriksa luka di bagian pelipis ku,
"Bagus kok pak, lukanya mengering"
Ucapnya kepadaku.
"Jangan panggil bapaklah, panggil saja Abang, ujarku seraya kupegang tangannya ketika ia tengah memegang pelipisku.
Sontak ia terkejut, sukurnya ia tak marah kepadaku,
"Dek kau kok cantik ya?"
Ucapku kepadanya sambil kulayangkan senyum pamungkasku, dan aku yakin bisa bikin dia kelpek-klepek seperti ikan mujair kena tuba, hehehe,
Sejenak ia terperangah melihat sikapku, entah karena terpesona atau justru ia melihat aku aneh, lalu ia tersenyum denga raut wajahnya memerah.
"Sebenarnya kepala Abang gak sakit dek, Abang cuma pengen kau pegan aja", ujarku kepadanya, tentu saja membuat ia makin memerah wajahnya.
Singkat cerita, malam itu terasa sunyi dirumah sakit dimana aku dirawat, tak seperti pada siang hari, kulihat jam di dinding ruang itu, waktu masih menunjukan jam 9 malam, belumlah terlalu malam fikirku, biasanya jam segitu masih terlihat hilir mudik keluarga pasien, atau para perawat,
Tiba-tiba saja terdengar pintu kaca ruang itu berderit, tanda ada seseorang yang masuk, aku lihat memang ada seseorang yang berdiri dipintu itu, namun ia tidak masuk, aku mengenalinya, dia adalah Irul, adik letingku yang bertugas diranai denganku.
"Loh dek, kapan datang dari Ranai? Masuklah'',
Tanyaku, serta kupersilahkan masuk,
Tentunya saat itu aku masih tetap terbaring, karena aku memang belum bisa banyak bergerak.
Namun adik letingku Irul tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan memandangku dari pintu itu, Irul saat itu menggunakan celana jeans warna biru tua, serta jaket berwarna hitam, dengan kedua tangan ia masukkan kedalam saku jaket hitamnya.
Tak lama kemudian ia keluar lagi tanpa pamitan denganku,
Penasaran aku dengan dia, lalu aku raih ponselku yang memang kuletakkan di samping bantalku, dan coba aku telffon Irul,
Tak lama berselang, telfonkupun diangkatnya,
''assalamualaikum, salamku ke Irul.
Waalaikum salam, apakabarnya bang?
Jawab Irul ditelfon, dan ia menanyakan kabarku.
Alhamdulillah, sudah selesai operasinya, o ya dek, lagi dimana sekarang?
''siap bang, aku sedang makan diluar bang'', jawabnya.
Dek, kapan sampai di tanjung pinang?
Tanyaku kepadanya,
''maksudnya bang?"
"Iya kapan Adek sampai di tanjung pinang?" Tanyaku ke Irul,
''ijin bang, aku diranai sekarang bang''
Jawab Irul lagi.
Deeeeght,
Jantung serasa berhenti berdetak mendengar jawaban irul, yang mengatakan bahwa ia saat ini diranai bukan di tanjung pinang.
''oya udah kalau gitu, makasih ya dek",
Ucapku, lalu ponselpun aku matikan,
Seketika bulu romaku meremang, kalau Irul diranai, lalu yang tadi siapa?
Demikian fikiranku berkecamuk.
Setelah aku tutup telfonku, aku merasa ruang itu bertambah dingin, lampu diruang itu tiba-tiba saja mati, sehingga suasana menjadi gelap, hanya bias sinar dari lampu yang ada di depan ruang inapku, yang masuk dari celah ventilasi, terlihat olehku ada kepulan asap putih dari ventilasi masuk kedalam ruang inapku, tercium bau yang membuat perutku mual, yah aku mencium bau daging yang hangus terbakar, tiba-tiba saja,
Keeeekeeeeek,
Aku mendengar suara seperti seseorang yang tengah kesulitan bernafas karena tercekik,
aku ketakutan, namun tak banyak yang bisa aku lakukan, tatapan mataku aku sapukan kesetiap sudut ruangan yang terjangkau dari baringku.
Secara perlahan tapi pasti, dari bawah tempat tidurku pada bagian kakiku muncul bayangan hitam, lalu sosok itu berdiri tepat disamping kaki, menghadap kearahku.
Dari tubuh sosok itu mengepul mengeluarkan asap putih,
Aku sangat ketakutan, nafasku terasa sesak dan mual, mencium aroma asap dari tubuhnya yang seperti hangus terbakar, kupalingkan mukaku ke sebelah kanan, kulihat bang Edo tengah tidur lelap.
Tak ada yang bisa aku lakukan saat itu selain kupejamkan kedua mataku sambil membaca doa didalam hati, hingga kedua telingaku tak mendengar suara apapun, selain suara dengkuran nafas bang Edo. Dengan perlahan aku buka kembali kedua mataku, dan aku melihat ruang inapku kembali terang karena lampu telah hidup kembali,
Dengan nafas tersengal-sengal, kuraih ponselku dan aku coba telfon perawat yang tadi siang bertugas dan sempat aku godain, bersukur saat itu aku sempat meminta nomor hpnya dan ia memberikannya kepadaku,
"Assalamualaikum dek''
Salamku kepadanya setelah telfon tersambung,
''waalaikum salam, ada apa bang?"
Dia menjawab salamku dan bertanya,
"Dek bisa gak datang kesini, temani Abang, ada sesuatu disini dek, Abang minta tolong dek"
Pintaku kepadanya,
Singkat cerita, tak lama perawat itu datang sendiri keruang inapku, kebetulan rumahnyapun tak jauh dari rumah sakit,
"Ada apa bang, Abang kenapa?"
Tanyanya kepadaku dengan raut wajah khawatir.
Singkat kata, aku ceritakan semua yang baru saja aku alami, sebelum ia datang. Mendengar ceritaku terlihat ia merasa cemas, namun ia berusaha bersikap tenang.
"Udahlah bang, Abang harus tenang ya, Adek kan sekarang disini Nemani Abang, kebetulan Adek libur dan malam besok baru dinas, ujarnya lembut menenangkan aku. Namun aku tak dapat juga tenang karena walau mahluk itu tidak berada didalam ruangan itu tapi aku melihat ada dibalik jendela berkaca nako itu.
''Bagaimana Abang bisa tenang dek, mahluk itu semenjak Abang masih diranai, dia mengikuti Abang terus.
Ujarku kepadanya,
''Begini saja bang, gimana kalau Adek suruh pak ustadz kesini, Abang setuju gak?'', Ujar perawat cantik itu menawarkan untuk memanggil ustadz kenalannya. Dan akupun hanya mengangguk, setuju, karena aku merasa tak kuat lagi dengan gangguan mahluk itu.
Singkat cerita, setengah jam kemudian datang seorang ustadz keruangan itu, dengan singkat aku menjelaskan kepada beliau, dari awal sebelum terjadi kecelakaan, ketika aku dipuskesmas Ranai, hingga dirumah sakit ini.
Beliau dengan seksama mendengarkan ceritaku. Lalu beliau meminta waktu untuk ritual, ia duduk disudut ruangan itu dengan beralaskan sejadah yang dibawanya, beliau berdoa, dihadapannya ada sebotol air putih yang tutupnya dibuka.
Kira-kira 15 menit, ritual beliau selesai,
Lalu ia berdiri dan melangkah ke arahku,
"Minum air ini pak'',
Ujarnya kepadaku seraya menyodorkan kepadaku, dengan dibantu perawat cantik yang bernama Nung perdana itu aku minum beberapa teguk, setelah aku minum, kemudian pak ustadz mengusapkan sisa air tersebut ke wajah dan badanku, sembari terus terucap ayat-ayat suci Al Qur an, dari mulutnya.
Duk..duk...Du...
Ketika pak ustadz tengah mengusapkan air itu kebadanku, terdengar diplafon ruang itu seakan ada hentakan kaki yang sangat kuat, hingga suara itu membangunkan bang Edo yang berada di sebelahku, sontak ia terkejut ketika terbangun, namun ia hanya diam dan memperhatikan aku tengah diobati pak ustadz.
Setelah selesai pengobatan, lalu Nunung bertanya ke pak ustadz,
"Maaf pak ustadz, kira-kira gangguan apa ya?"
Sejenak pak ustadz terdiam, lalu ia berkata,
"O ini gangguan jin kafir yang terus mengikuti bapak ini, jin itu tidak senang karena tempatnya didatangi bapak ini, kalau orang biasanya menyebut jin itu genderewo, tutur pak ustadz menjelaskan bahwa, jin itu tidak senang tempatnya aku datangi.
Tentu saja aku tak mengerti, dimana tempat dia yang telah aku datangi, karena penasaran akupun bertanya,
''ijin pak, memangnya dimana tempat dia, saya gak tau pak?"
''sebelum bapak kecelakaan, bapak ada masuk ke area pemakaman gak?
Jawab beliau dan bertanya kepadaku.
Deeeght,
Jantungku serasa berhenti berdetak, tentu saja aku terkejut, karena benar adanya, malam sebelum kecelakaan aku memang ada masuk ke pemakaman batu hitam, karena aku penasaran, aku melihat ada cahaya api disana.
Singkat cerita, setelah selesai pengobatanku oleh pak ustadz, aku merasa nyaman dan tenang, dan beliaupun pulang.
Malam itupun akhirnya aku ditemani sang perawat cantik, sehingga aku tidak merasa kesepian dan tak merasa takut.
Selama beberapa hari aku dirawat dirumah sakit itu, demikian pula aku semakin dekat dengan perawat cantik itu, bila ia tidak sedang bertugas, ia selalu menemaniku. Hingga pada suatu hari pihak rumah sakit menyatakan aku bisa dirawat dirumah, dan bisa kontrol dirumah sakit terdekat, hari itu pula keluargaku menyusul dari Pekanbaru dan memutuskan jika aku akan dibawa ke Pekanbaru, walau sebenarnya kakakku yang bernama kak Lia ada di tanjung pinang, yang selama aku dirumah sakit mengurus segala keperluanku, namun pertimbangan beliau bekerja, juga masih punya anak balita, tentunya aku akan lebih merepotkan ya.
Pagi itu sekira jam 10, akhirnya aku keluar dari rumah sakit, dan langsung menuju bandara dengan menggunakan ambulance, disaat aku hendak berangkat ke bandara, aku sapukan pandangan mataku kesegala arah, yaaah ... Aku mencari perawat itu, namun aku tak melihatnya dimana dia, mau ku telfon, namun saat itu aku ponselku didalam tas yang dibawa oleh keluargaku, akhirnya aku hanya titip salam kepada petugas yang saat itu berada disana, bahwa aku pulang.
Singkat cerita, aku tiba di bandara,
Fikiranku masih terus memikirkan perawat itu, ingin rasanya aku bertemu dia, namun hingga panggilan agar penumpang segera menaiki pesawat, jujur saat itu aku merasa sedih, kursi rodaku mulai didorong oleh team medis menuju pesawat, aku masih menyempatkan menoleh kearah belakang, aku berharap perawat itu menyusulku, kembali aku kecewa dan akhirnya aku pasrah dan aku menatap lurus kedepan...
"Baaaaang'',
Tiba-tiba saja terdengar olehku suara seorang perempuan memanggil, namun aku tak menolehnya, karena belum tentu itu memanggilku,
Bang...tunggu bang,
Kembali terdengar panggilan itu yang kali ini tepat disamping kananku, seketika aku menoleh ke sebelah kanan dan ternyata,
Ya Tuhan, dia rupanya yang aku cari dan aku tunggu, telah berdiri disamping menghadap kepadaku,
Tanpa sadar aku berteriak senang, bahkan aku peluk dia sebisaku,
Kemana aja dek, Abang cariin gak ada?
Dek, Abang pulang ya, doakan Abang cepet sembuh, makasih ya sudah ngurus Abang, semoga kita bisa ketemu lagi ucapku kepadanya.
Tentu saja ia merasa canggung mendapat pelukanku, yaaah wajarlah, aku hanya pasiennya, bukan saudara dan bukan juga kekasihnya.
Akupun baru menyadari itu, kulepaskan pelukanku karena petugas menyarankanku agar segera masuk kedalam pesawat, ia menyalamiku dan mencium tanganku, terlihat bening air matanya mengiringi kepergian ku,
Hati-hati dijalan ya bang, kabarin Adek kalau sudah sampai. Ucapnya kepadaku seraya melambaikan tangan perpisahan.
S e l e s a i.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Cerita Terbaru Update