Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

TALI POCONG PERAWAN

Kamis, 31 Desember 2020 | Desember 31, 2020 WIB Last Updated 2020-12-31T06:53:56Z

 

 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
#Cerita_Misteri_ZieQ
 
 
 
 
TALI POCONG PERAWAN
 
 
Kisah horor ini bermula dari tindakan gegabah seorang pemuda bernama Syahdan, yang nekat mencuri tali pocong Jumiati, perawan Kampung Digulis yang mati karena sakit kanker. Pemuda pengangguran itu percaya, barangsiapa yang memiliki tali pocong perawan, akan selalu mendapat keberuntungan.
Di tengah malam, bulan purnama berwarna gading. Bulat mengambang di antara gugusan awan pekat di angkasa, berarak perlahan dipermainkan angin. Kadang cahaya tertutup sebagian, kadang sinar kuningnya memancar di kegelapan. Bahkan sesekali hilang ditelan pekat. Sementara bintang hanya berkedip tipis tanpa memberi kontribusi berarti.
Kesiur angin bagai ratapan pedih si perawan yang dimakamkan tadi sore. Belum cukup menderita oleh sakit kerasnya di dunia, sang mayat yang terkubur di dalam tanah, masih harus merasakan perlakuan seseorang yang tidak berperasaan. Padahal Syahdan masih termasuk kerabat dekatnya. Di tengah kesunyian yang mencekam, tak peduli hawa dingin menggigit. Syahdan yang baru saja selesai menggali kuburan baru, berdiri tegak sambil menatap ke liang lahat terbuka. Menatap papan yang berjejer sambil tersenyum simpul. Sesekali siluet bayangan tubuhnya tercetak memanjang di tanah.
"Maaf ya, Jum! Aku hanya butuh tali pocongmu. Kau pun tidak memerlukannya lagi," Syahdan berbicara sendiri.
Sedetik kemudian, pemuda berusia 26 tahun itu turun ke dalam lubang. Membuka satu per satu lembar papan yang menutupi jasad Jumiati. Tepatnya penutup di bagian kepala mayat. Angin dingin menerpa wajahnya saat lembar papan terangkat satu. Segguk burung hantu yang nangkring di dahan pohon randu, tak jauh dari tempat Syahdan beraksi, seakan beri pertanda melarang. Tapi, hal itu sama sekali tidak menyurutkan keinginan pemuda bertubuh tinggi sedikit kekar urung dengan aksinya.
Setelah mengangkat dua lembar papan penutup, Syahdan merogoh ke dalam tanpa menyorot dengan senter. Sebab, dia khawatir aksinya akan ketahuan jika menghidupkan cahaya di tempat gelap. Setelah meraba-raba, tangannya tak sengaja menyentuh bagian mulut mayat Jumiati. Permukaan kulit tangan yang hangat, bersentuhan dengan kebekuan. Sempat bergidik, namun dengan cepat tangan Syahdan merogoh bagian lain.
Sudah lewat beberapa menit, barang yang dicari tak ditemukan. Bau busuk menyeruak, tangan sebelah kirinya cepat-cepat memencet hidung. Coba menghalau bau tak sedap yang meringsek masuk hidung dan mengaduk-aduk isi perutnya.
"Sial!" umpat Syahdan ketika masih belum bisa menemukan tali pocong.
Mau tak mau, pemuda itu kembali mengangkat dua papan lain. Agar dia dapat melihat ke dalam liang lahat dengan jelas. Setelah merunduk ke bawah, bau bangkai semakin menyengat! Mulut Syahdan terbuka diiringi lidahnya terjulur karena mual. Tapi tekadnya belum surut. Tanpa buang masa, dua tangan dimasukan ke dalam dekat kepala mayat Jumiati. Sedetik kemudian dia telah berhasil. Dengan perasaan senang, Syahdan segera keluar dari liang lahat, tanpa menutup kembali papan yang dia bongkar. Ketika tiba di atas permukaan, pemuda itu langsung menguruk tanah kuburan yang tadi dia gali. Lolong anjing mengiringi aksi Syahdan, ditambah beberapa kelelawar terbang rendah mendekatinya. Kepak sayap melesat menimbulkan deru angin yang mampu bangkitkan bulu Roma.
Setelah selesai menempatkan posisi nisan di tempat semula, Syahdan segera beranjak dari pemakaman. Keringat bercampur noda tanah yang melekat di pakaian, tidak dihiraukan. Dia terlalu senang atas keberhasilan mendapatkan apa yang diinginkan. Bayangan tubuhnya segera lenyap ditelan kegelapan. Sementara kuburan Jumiati tampak mengeluarkan asap tipis, lambat laun menebal dan menjelma sosok berpakaian serba putih. Menatap marah ke arah hilangnya bayangan pemuda itu. Jerit burung hantu semakin ngilu, begitu pula lolong anjing terus membelah kesunyian malam. Perlahan sosok putih melayang, mengikuti arah kemana Syahdan pergi.
*
Setiba di rumah, pemuda berambut sedikit gondrong itu buru-buru mandi. Setelah selesai, dia menghempas tubuh ke tempat tidur. Rasa lelah menggerayangi raganya. Meski begitu, di wajah tergurat rasa puas. Sambil menimang tali pocong di tangan, pemuda itu tersenyum memikirkan rencana esok hari. Yakin! Saat mempertaruhkan uang di lapak judi Mang Kirun besok, dia pasti menang. Aku akan kaya! Bisik hati kecilnya.
Di tengah khayalan indah, sosok serba putih yang mengikuti Syahdan pulang tadi, telah berdiri di salah satu sudut kamar. Tiba-tiba bau busuk menyeruak! Pemuda itu mengendus-enduskan Indra penciuman.
"Huuhf, bau bangkai! Apa aku kurang bersih mandi tadi?" Syahdan berbicara sendiri.
Seketika dia bangkit duduk, mengamati seluruh tubuhnya. Tetapi tidak ada noda ataupun bau yang dimaksud melekat. Mata pemuda itu mencari sesuatu di sekitar kamar. Seketika terbelalak saat melihat sosok di pojok tak jauh dari tempat tidur.
"Po-po-pocong!"
Gagap! Suara yang ditimbulkan mulut Syahdan tidak terdengar keras. Nyaris berdesis. Tenggorokan pemuda itu seperti tersumbat. Tubuhnya menggigil, tapi tak bisa bergerak kemana-mana. Bagai dipaku atas tempat tidur! Sosok putih melayang mendekati Syahdan. Matanya merah menyala. Wajah yang pucat kebiru-biruan, terlihat mengerikan. Sekitar lingkaran mata menghitam, bibirnya juga hitam, menyeringai!
"Keembaaaliiikaannn … taaaliiii … pooocoooongkuuuu …!" suara mayat hidup terdengar parau tapi menuntut.
Syahdan tak mampu berbuat banyak, tubuhnya tetap menggigil di tempat. Basah oleh keringat.
"Am-am-amampuuunnn …, i-i-ini am-bil-lah!" dia masih tergagap.
Tetap saja, sekuat apa pun Syahdan mengeluarkan suara, tetap terdengar lirih. Tali pocong di tangan pemuda itu melayang ke udara, seakan ditarik oleh si empunya dengan gaib. Tatap mata dan seringai marah pocong Jumiati masih mengarah tepat di depan wajah Syahdan. Bahkan kedua muka berlainan makhluk itu begitu dekat. Semakin membuat Syahdan ketakutan. Namun sedikit pun mata pemuda itu tak dapat memejam, tetap tertuju pada wajah mayat hidup yang marah. Gerakannya bagai dikendalikan Jumiati.
Tiba-tiba, tali pocong yang melayang di udara. Seketika menjerat leher Syahdan. Batang penyanggah kepala pemuda itu, seperti diremas berkekuatan besar. Bunyi seperti tulang terpilas.
"Kreeekkkk! Kreeekkkk! Kraaakkkk""
Seketika kepala Syahdan lunglai! Dalam posisi duduk, nyawanya meregang dililit tali pocong perawan. Perlahan kain putih di leher Syahdan terlepas, dan melayang kembali ke pemiliknya. Sesudah mendapatkan haknya kembali, sosok berkain kafan itu melayang pergi menembus dinding kamar. Terus melayang, menjauhi rumah si pemuda yang mati mengenaskan. Bulan di angkasa memantulkan cahaya, mengiringi bayangan pocong yang kembali ke tempat semula.
ZQS
Ptk, 30 Desember 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Cerita Terbaru Update