Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

PEMBANTUKU LEAK

Rabu, 20 Januari 2021 | Januari 20, 2021 WIB Last Updated 2021-01-20T05:26:09Z

 

PEMBANTUKU LEAK
(SEBUAH KISAH NYATA)
Cerita ini adalah sebuah cerita yang benar-benar terjadi pada tahun 2008 silam.
Malam itu, saya terbangun karena suara halus titik-titik air hujan yang membentur atap rumah yang terbuat dari seng.
Lampu padam, suasana terasa sepi, dingin, dan hanya sesekali terdengar suara pijakan kaki anjing berlari di atas tanah becek lalu menyalak ringan di halaman samping rumah. Tak lama anjing itu menggeram dan membuat bulu-bulu halus di lengan dan tengkuk saya meremang. Karena rasa takut, saya pun menarik selimut yang tadinya tertumpuk di kaki.
Tak ada satupun orang yang terbangun malam itu. Bapak, kakak, dan adik-adik semua tidur nyenyak kecuali saya.
Karena gelap, saya coba untuk pejamkan mata lagi. Begitu mata mulai terasa berat, tiba-tiba terasa ada sesuatu yang melintas dan sedikit menyenggol kaki saya. Rasanya seperti kulit manusia, tapi dingin.
"Hmmh, apa tu?" ucap saya pelan. Seketika mataku terasa segar dan kantuk hilang seketika.
Dalam gelap malam itu, samar-samar tampak bayangan seseorang duduk sambil sesekali mulutnya mengucapkan sesuatu yang tidak saya mengerti bahasanya. Dia seperti berbicara, tapi entah dengan siapa.
"Oh, mungkin itu ibu cari korek api untuk nyalain lilin." Saya bergumam dalam hati.
Saya coba untuk tidur lagi, tiba-tiba terasa ada sesuatu yang lewat di atas tubuh saya. Ada angin lembut menerpa wajah saya sehingga saya pun membuka mata lagi. Dalam gelap, samar-samar saya melihat ia melangkahi tubuh saya tiga kali. Dari kiri ke kanan dan begitu seterusnya.
Saya merasa ada sesuatu yang aneh, "Ah, masa iya sih ini ibu? Gak mungkin ... gak mungkin ini ibu! Gak mungkin dia langkahi saya bolak-balik kalau cari korek!" ucap saya dalam hati.
Berusaha memastikan, saya menyipitkan mata dan sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara karena persis seminggu sebelumnya ada perampok yang menyatroni rumah tante saya. Sedikit tidak ada rasa takut saat itu.
Saat saya menghadapkan wajah ke arah tembok, tiba-tiba napas seakan tertahan seketika dan jantung berdebar hebat. Sesosok mahluk menempel pada dinding kamar persis di depan wajah saya. Mahluk itu tampak menari-nari ke arah kiri dan kanan, kemudian merangkak naik ke atas langit-langit rumah seolah tak ada gravitasi. Jantung saya semakin berdebar hebat, keringat mengucur deras, mata tak berkedip, dan lidah pun kelu. Ingin rasanya berteriak, tapi saya tak berdaya sama sekali.
Perlahan, saya memalingkan wajah ke arah kiri dan berharap mahluk itu hilang atau minimal saya tidak melihatnya secara langsung.
Deg!
Darah terasa mengalir lebih deras hingga ke ubun-ubun..
Ternyata, ada seorang perempuan lain merangkak aneh lalu mengendus tubuh saya. Suara nafasnya begitu memburu seperti anjing yang mencari sesuatu.
"Ya Allah, ada apa ini? Siapa mereka?" tanya saya dalam hati.
Hujan pun menderu, tak satupun orang di rumah terbangun, bahkan jeritan halus dari mulut saya pun tenggelam bersama suara air hujan. Badan seketika lemas, ingin berteriak tapi sedikitpun tak mampu. Terasa sangat sulit.
Setelah sekitar dua jam mereka menunjukkan hal-hal aneh, saya pun mencoba menggebrak pintu lemari yang terletak persis di belakang saya. Berharap mereka terkejut lalu kabur, tapi hal di luar dugaan terjadi. Tiba-tiba, salah satu dari mereka merayap, melata dengan menyeret bagian depan tubuh dan kakinya. Ia merayap lalu berhenti persis di depan wajah saya. Jantung kian berdebar tak karuan, kaki dan tangan basah karena peluh. Mungkin malam ini saya mati.
Mata saya masih terbuka, tapi mulut seakan terkunci. Seolah memastikan, perempuan itu menancapkan pandangan lalu mengendus tubuh saya. Embusan nafasnya terasa jelas menerpa wajah dan tercium seperti bau akar pohon yang lapuk dan membusuk, pun dengan badannya berbau tak sedap seperti tumpukan sampah yang basah membusuk.
Tiba-tiba perempuan itu menyelipkan tangannya perlahan ke bagian bawah kepala saya lalu mengangkatnya, meniup, dan mengelus pelan.
Tangannya benar-benar terasa dingin seperti gedebong dan kuku-kuku runcingnya sesekali menggores kening dan ubun-ubun.
Saat saya mulai putus asa, beruntung ponsel bapak berdering. Seketika orang-orang tadi berjalan ke arah barat, dekat kamar pembantu, lalu lenyap!
Saya segera lompat dari atas tempat tidur dan menghambur ke arah bapak.
"Pak, ada orang di kamar saya banyak sekali ... tadinya ada 4 terus jadi 7!" Dengan nafas terengah-engah dan badan bergetar saya ceritakan semua kepada bapak.
"Iya ... iya, sini diam ... duduk di sini," kata bapak sambil menelpon tetangga bahwa di rumah ada perampok.
Setelah itu, saya memberanikan diri berlari keluar rumah dan membangunkan tetangga.
Seketika tetangga berkumpul mengerumuni rumah saya lengkap dengan tombak, klewang, dan ada juga yang bersiap menghantamkan batu besar.
Mereka pun mengepung rumah saya dari segala sudut untuk mengantisipasi kemungkinan orang-orang itu kabur.
Satu persatu tetangga masuk ke rumah dan memeriksa semua sudut.
Setelah beberapa menit pencarian, tak ditemukan keanehan, tak ada kerusakan, dan tak ada barang yang hilang. Hanya ada si Bibik yang tidur nyenyak di kamar pembantu.
Anehnya, ia tak bangun saat ada suara gaduh di rumah.
Lalu, siapakah pembantu keluarga saya itu sebenarnya?
Setahu saya, ia datang sendiri ke rumah makan milik ibu saya untuk melamar pekerjaan sebulan sebelumnya!
Tak jelas dari mana asalnya dan siapa keluarganya, tapi yang pasti dia cantik, rajin beberes, dan bersih-bersih.
____ TIMIT ____
Untuk cerita LEAK lainnya, teman-teman bisa baca di Novel TUMBAL LEAK yang masih Open PO ini gaes, harganya cuma 90 ribu sampai 95 ribu ini ya.
Yuk, chat aja langsung ke 081907778425 atau langsung ke marketer terdekat ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Cerita Terbaru Update