Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

Akibat tidak jum atan

Minggu, 13 Desember 2020 | Desember 13, 2020 WIB Last Updated 2020-12-13T03:56:50Z

 

"Sst ... Dol ... ke kubur nunggal yuk," ajakku pada Dolah sesaat setelah pulang dari sekolah.
"Hari ini kan jumat." Ia menimpali dengan sedikit mengernyitkan dahi.
"Iya, makanya kita ke kubur nunggal, gak usah jumatan. Eh, kebun di dekat sana juga mangganya mateng-mateng, mumpung hari jumat, penjaganya pasti jumatan," bujukku.
Dolah tampak mempertimbangkan ajakanku terlebih mangga di kebun Pak Somat buahnya sangat ranum.
"Hmm, boleh deh. Tapi, kita pulang ganti baju dulu ya." Dolah setuju.
SD tempatku bersekolah memang tak begitu jauh dari rumah. Setelah pulang dan mengganti pakaian, aku segera melangkahkan kaki menuju rumah Dolah.
Hari begitu terik menyengat. Suhu panas yang bikin dahaga membuatku semakin memikirkan buah mangga yang akan kami petik nanti.
Aku pun berangkat bersama Dolah dengan riang sambil merencanakan berapa mangga yang akan kami petik nanti.
Saat baru saja melewati sawah, terlihat buah kelapa gading seakan melambai-lambai untuk dipetik di tengah panas yang terik. Karena suhu sangat panas, Dolah pun memanjat pohon kelapa gading setinggi tiga meter dan memetik buahnya sejumlah tiga buah untuk sangu tidak jumatan kami.
Tak jauh dari pohon kelapa, tebu-tebu berwarna kekuningan menari-nari menggoyangkan batangnya seakan berteriak memanggil, "batangku segar, cabut aku juga."
Aku pun mendekatinya lalu mematahkan batang tebu pada pangkalnya. Wah, pasti segar, pikirku.
Setelah kami rasa cukup, kami pun melanjutkan perjalanan menuju kubur nunggal.
Saat kami melewati sebuah pohon besar, tiba-tiba saja Dolah merasakan mulas dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke kubur nunggal. Ia segera berlari pulang. Karena waktu sudah tengah hari dan suara tarhim terdengar dari arah masjid, rasanya tanggung untuk aku pulang. Jadi, kulanjutkan saja berjalan menuju kubur nunggal.
Kubur nunggal ini adalah lokasi andalan jika kami ingin bolos sekolah maupun tidak jumatan karena lokasinya yang tersembunyi tapi sangat nyaman dan teduh.
Konon, kuburan ini tidak diketahui siapa pemiliknya dan dari mana asalnya. Tetapi yang pasti, cerita tentang kuburan ini adalah korban mutilasi karena warga sekitar bantaran sungai hanya menemukan kepala tanpa badan pada tahun 90-an. Dulu setelah penemuan kepala tanpa badan ini, tak ada satupun anak-anak bermain ke tempat yang sepi sendirian karena beredar isu bahwa ada penganut ilmu hitam yang mengincar kepala manusia untuk dijadikan tumbal untuk dilarung di danau Segara Anak Rinjani. Namun, saya pribadi tidak begitu peduli apalagi takut. Tempat sepi ini tempat yang bagus untuk tidak pergi jumatan.
Saat melewati sebuah bangunan tua yang sudah roboh di sebagian sudutnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan beberapa kali. Seperti suara dari sumur tua yang hampir tertutup rimbunan semak.
Tok ... tok ... tok ...
Suaranya persis seperti suara batu yang dibenturkan ke dinding sumur. Sebab ada sedikit gema yang terdengar.
Aku tak ambil pikir dengan suara itu.
Ah, paling cuma batu yang jatuh ke sumur karena tikus, pikirku. Jadi, kulanjutkan perjalananku menuju kubur nunggal dengan kelapa yang baru saja kupetik dan batang tebu sepanjang dua meter.
Aku terus berjalan melewati pematang sawah dengan ilalang setinggi paha. Agak sedikit terasa gatal saat tepian daun ilalang bergesekan dengan kulit betisku.
Dari tempatku berdiri yang agak sedikit lebih tinggi, kulihat seseorang memancing di sekitar kelebutan atau lokasi mata air yang berada persis di bawah. Badannya sedikit tersamar oleh ranting dan tumbuhan yang tumbuh menjalar menjuntai dari atas pohon yang melapuk.
Sebelum aku turun ke lokasi kelebutan, samar-samar terdengar iqomat dari arah masjid. Pertanda sholat jumat akan segera dimulai.
Matahari semakin terik, hari itu benar-benar 'nonang nepat' bahasa daerahku atau tengah hari di mana bayangan tubuh tak terlihat karena ubun-ubun tepat sejajar dengan matahari di atasnya.
Aku pun bermaksud mendatangi kelebutan karena kupikir orang yang sedang memancing itu pasti temanku. Ya, kami sama-sama tidak pergi jumatan, pikirku. Jadi, dengan senang hati aku akan menghampirinya.
Aku melangkahkan kaki semakin dekat. Orang yang kulihat tadi masih terhalang oleh rimbunnya ranting bambu dan tumbuhan rambat.
"Oh, itu dia ... dia di balik pohon," gumamku dalam hati.
Begitu tiba di balik pohon, "Hoet, ada dapat ik- huaaa ...." Aku berteriak sekuat tenaga dan melepaskan kelapa dan batang tebu yang baru saja kupetik. Apa yang aku lihat benar-benar membuat jantungku menendang keras.
Seorang bertubuh kerdil tanpa mata nyengir ke arahku dengan mulut dipenuhi daging ikan lele mentah. Mulut orang kerdil itu begitu lebar hampir ke telinganya yang lepek. Seketika kakiku terasa lemas. Kuseret tubuhku dengan kedua tanganku karena tak mampu berdiri.
"Toloong ...." Tak satupun orang mendengar teriakan dan jeritku.
Tiba-tiba ikan yang berada di mulut manusia kerdil itu meloncat ke arahku. Ikan itu seolah berjalan mendekatiku dan mendekati selangkaganku.
Setelah bisa berdiri, walaupun terasa lemas, sontak aku berlari sekuat tenaga yang tersisa ke arah yang tak tentu. Menjauh, hanya itulah yang kutahu.
Saat kulihat belakang, ia sedikit mengejar. Perutnya terlihat sangat buncit ditopang kaki yang bengkok tanpa kain penutup.
"Hei ... antihk. Kanceang aku." (Hei, tunggu. Temani saya.) Teriak manusia mahluk itu memanggil.
Aku yakin dia adalah jin yang mendiami tempat itu.
Karena rasa takut dan tubuh yang tak bertenaga, aku bersembunyi di bangunan tua yang tadi aku lewati.
Kuatur napas perlahan.
"Ihihihi." Terdengar suara tawa cekikikan membuntutiku. "Aku dengah suara mbokm," (saya dengar suara napasmu) kata mahluk itu dengan nada sangat riang seolah sedang bermain.
Tak ada satupun orang tempatku bisa meminta tolong karena semua laki-laki sedang sholat jumat di masjid. Aku sendiri.
"Aamiiiin." Telingaku begitu peka mendengar suara makmum mengamini bacaan imam.
Aku semakin bersembunyi ke sela tembok bangunan yang tampak berlumut. Dinginnya terasa merasuk membasahi pori-pori puggungku.
Tok ... tok ... tok ...
Suara benturan batu di dalam sumur tua kembali terdengar.
Tiba-tiba sesosok kepala berambut putih dan botak ditengahnya muncul dari dalam sumur tua yang tertutupi semak.
"Haaaaaaa, mbe jaqm laiq?" (Haaaaaa, mau lari ke mana kamu?) ucap sosok kepala botak yang muncul dari dalam sumur.
Entah bagaimana caranya, aku meronta sedangakan tubuhku terhimpit tembok. Mahluk kerdil itu juga ternyata menyusul dan hendak mendekatiku ke sela tembok bangunan. Karena perutnya terganjal tembok, ia mencoba menggapai bahuku dengan jari tangannya yang pendek dan kotor.
Aku semakin meronta hingga tembok tua itu miring dan roboh.
Aku kembali berlari berusaha pulang. Tak peduli nanti akan dimarahi karena tak pergi jumatan.
Sungguh jumat siang yang mengerikan.
--TIMIT--

1 komentar:

×
Cerita Terbaru Update