Notification

×

Kategori Berita

Cari Cerita

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Entri yang Diunggulkan

DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN

  Kang Asep Hidayat DIJADIKAN TUMBAL PESUGIHAN By. Kang Asep Hidayat Assalamualaikum, salam sejahtera buat sahabat kang Asep Hidayat semua ...

Indeks Berita

Iklan

KESANDUNG OYOT MIMANG?

Minggu, 13 Desember 2020 | Desember 13, 2020 WIB Last Updated 2020-12-13T03:48:54Z

 

KESANDUNG OYOT MIMANG?

Sekitar lima belas tahun lalu dimana HP Android belum banyak digenggam orang, aku masih duduk di kelas satu SMA. Berangkat selepas ashar dengan membawa nasi hajatan yang akan diantar ke tempat sepupu.
Ibu dan aku berbonceng motor bebek yang paling irit di Indonesia, belum musim motor matic ya, tentu saja yang bawa motornya Ibu. Langit tampak cerah dan baik-baik saja.
Walaupun jarak tempuh tak lebih dari 30 menit, rumah kakak sepupuku berada agak pinggiran. Kala itu masih banyak tanah kosong dan kebun pisang. Jauh sekali suasananya dengan rumahku di kampung yang padat dan berdempet-dempetan.
Tak kesulitan kami saat berangkat, karena saat pindahan dulu kami ikut mengantar, jadi tahu dimana lokasi rumah tersebut. Melewati rel kereta api dan stasiun lawas yang masih beroperasional, suasana sejuk dengan kebun pisang yang tumbuh subur dan rumah - rumah warga berhalaman luas khas pedesaan. Padahal masih di kota, salah satu ibukota provinsi di Jawa.
Tibalah kami sekitar pukul setengah empat sore. Menyerahkan nasi hajatan khitanan adikku. Karena kami perempuan dan sangat akrab, bukan hanya sekadar mengantar nasi saja, tapi bisa mengobrol lama. Tak terasa matahari sudah hampir tenggelam di ujung horizon. Cuaca mendadak berubah menjadi syahdu. Langit diselimuti mendung yang pekat dan angin yang berhembus agak kencang. Kami segera berpamitan pulang, takut kehujanan dijalan.
Jalan yang agak bergelombang karena sebagian jalan pavingnya banyak yang lepas, pohon-pohon mulai bergoyang mengikuti arah angin, daun dan ranting mulai berisik terkibas-kibas oleh angin. Kami menyusuri sepanjang jalan perkampungan ini. Roda motor berputar diatas jalanan yang bergelombang, sesekali aku berucap
"Buk hati-hati milih jalan , pelan-pelan saja !"
Rasanya kok jauh sekali belum keluar juga dari kampung, padahal saat berangkat tadi sepertinya rumahnya dekat tak terlalu jauh dari jalan utama. Jatuhlah rintik-rintik gerimis, kami belum bertemu juga dengan jalan besar. Tetiba kami baru sadar dan Ibu berucap
"Lho nduk dari tadi jalanya kok sepi yo, gak ada motor lewat, gak ada orang yang keluar rumah, rumahnya kok tutupan semua pintunya ya"
Tambah bingung aku
"Lho buk, nyasar kita ini, dari tadi kok belum keluar dari kampung ini , udah mau surup (maghrib) lho buk"
Jalanan tampak sangat sepi, gerimis masih mengiringi kami. Lampu jalanan belum juga ada yang menyala padahal langit tampak gelap karena mendung. Kami masih berputar-putar mencari jalan dan ibu berujar
"Lhoh...kok kuburan wae ketemunya, kuburan dikampung ini kok banyak, dari tadi muter ketemunya kok kuburan to nduk"
Aku juga kaget melihat apa yang ada di depan mataku adalah kuburan, kuburan warga kampung yang hanya dipagari tanaman setinggi paha saja, tampak jelas pusara dan nisan. Jangan dibayangkan pusara dan nisan jaman sekarang yang berbahan semen. Pusara dan nisanya dari kayu yang tampak lama, sebagian tidak tertulis nama. Aku dan Ibu sudah mulai merinding, tengkuk leherku serasa ditiup - tiup, entah memang angin atau apa.
"Ayo tok buk cepet pulang" Rengekku
Tampak raut wajah bingung dan tegang, Ibu membawa motor dengan sedikit tidak seimbang, setiap kami mencari jalan selalu bertemu makam. Entah makam yang sama atau makam yang berbeda lagi. Aku sampai bingung banyak sekali pemakaman di kampung ini.
Terakhir kami melihat makam dengan pohon randu besar ditengah. Langit sudah tampak sangat gelap di pukul 17.30 WIB, peneranganpun tidak maksimal karena kala itu jarak rumah masih berjauhan dan lampu jalanya dari bohlam biasa yang menyambung dengan listrik masing-masing rumah.
Jangan bilang kenapa tidak pakai google maps, jaman itu bisa punya HP Nokia yang bentuknya seperti ketupat saja sudah keren banget. Masih musimnya provider berlomba memberi tarif telepon dan sms murah. Telepon ditengah malam buta bertarif satu rupiah hahaaaha....apa coba yang diobrolkan ditengah malam buta?
Oke balik lagi ke situasi dimana kami masih didepan pemakaman, langit masih diselimuti mendung pekat dengan hujan intensitas sedang, kami tak membawa jas ujan, ya sudah basah saja dengan air hujan. Tidak ada tempat berteduh. Pintu - pintu rumah warga tertutup, jarak pintu dengan halaman teras pun jauh, mungkin luas terasnya bisa kau buat main bola volley. Sepertinya warga di kampung ini sangat mengikuti nasihat untuk menutup pintu dan jendela dikala langit mulai gelap, biar tidak ada setan yang masuk rumah.
Aku dan ibu tetap berusaha mencari jalan. Aku yakin Ibu juga sama persis denganku sudah merapal doa mana saja yang dihafal, mungkin doa buka puasa atau doa sebelum makan pun ikut terbaca.
Keadaan panik dan bingung, aku merasa seperti diikuti dibelakang. Padahal tak ada satupun orang yang lewat. Pohon pisang terlihat bergoyang-goyang karena angin, aku takut kalau pohon pisang itu mendadak bisa berubah jadi pocong seperti di film-film
"arghh sial..dasar imajinasiku ! malah membuat semakin merinding" umpatku dalam hati
"Buk aku takut buk, ayo pulang" kataku
"Ibuk yo sama nduk, tapi dari tadi belum ketemu jalan, wis doa aja yang banyak"
Alhamdulillah terdengar suara adzan sayup-sayup
"Buk udah adzan maghrib, coba cari masjid buk, dari tadi gak lihat masjid atau musholla"
"Iyo nduk"
Suara adzan mulai terdengar lebih jelas, menuntun kami ke jalan besar, padahal jarak masjid dan lokasi kami mendengar adzan agak jauh. Lokasi masjid yang berada diseberang rel, kamipun tak nampak jelas bentuk masjidnya, hanya lihat kubahnya saja dari kejauhan.
Seketika Ibu langsung tancap gas, kami sama-sama ingin lekas sampai rumah. Setibanya di rumah, ibu langsung menyuruhku mandi dan ambil air wudhu untuk segera menunaikan sholat maghrib.
"Mandinya jangan lama-lama lho nduk, gantian ibuk, keburu waktu maghribnya habis"
Bagaimana mau lama-lama rasanya sudah horor dan dingin, ingin segera tarik selimut dan tidur, berharap segera lupa dengan kejadian tadi. Tapi sesudahnya kami sholat Ibu malah cerita
"Tadi Ibu lihat hitam-hitam di bawah pohon beringin di pemakaman tadi, Gede nduk matanya merah ada taring nya..hiihh ngeriii. Ibu sengaja gak cerita biar kamu gak ikut lihat"
"Genderuwo buk? kata simbah kalau kita kesasar muter-muter terus itu kena oyot mimang? lha kan tadi kita naik motor , gak kesandung apa-apa" ucapku
"Mboh nduk, Ibu juga gak tau, amit-amit jangan ketemu yang begitu lagi"
Entah benar kena oyot mimang atau kita yang lupa jalan, lalu karena panik jadi berhalusinasi.
TAMAT
-------------------------------------------------------------------------
Bisa Cek Google Oyot Mimang itu apa 
Bisa berbagi cerita pengalaman sendiri tentang kesasar karena oyot mimang di kolom komentar .
Oyot Mimang adalah akar pohon yang bila tersandung akan membuat orang tersebut tersesat, berputar ditempat sama berulang-ulang.
-Rindu Rembulan 11 Desember 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Cerita Terbaru Update